Kamis, 05 Januari 2017

Renungan Hidup

*Kasos Kaki Sobek Warisan Ayah*
ALKISAH seorang kaya raya sedang sakit parah. Menjelang ajal menjemput, dikumpulkanlah anak-anak tercintanya
Beliau berwasiat, ”Anak-anakku, jika ayah sudah dipanggil yang Maha Kuasa, ada permintaan ayah kepada kalian”.
“Apa wahai ayah?,” kata anak-anaknya.
“Tolong dipakaikan kaos kaki kesayangan ayah walaupun kaos kaki itu sudah robek, ayah ingin memakai barang kesayangan yang penuh kenangan semasa bekerja di kantor ayah dan minta kenangan kaos kaki itu dipakai bila ayah dikubur nanti.”
Singkat cerita, akhirnya sang ayah wafat. Saat mengurus Jenazah dan saat mengkafani, anak-anaknya minta ke Pak Ustadz untuk memakaikan kaos kaki yang robek itu sesuai wasiat ayahnya. Akan tetapi Pak Ustadz menolaknya.
“Maaf secara syariat hanya 2 lembar kain putih saja yang di perbolehkan dipakaikan kepada mayat,” kata Ustadz itu.
Akhirnya terjadi perdebatan antara anak-anak yang ingin memakaikan kaos kaki robek dan Pak Ustadz yang melarangnya. Karena tidak ada titik temu, lalu dipanggilah penasihat sekaligus notaris keluarga tersebut.
Notaris itu menyampaikan sesuatu wasiat ayah kepada anak-anak itu.
Beliau menyampaikan, “Sebelum meninggal bapak menitipkan surat wasiat, ayo kita buka bersama-sama siapa tahu ada petunjuk.”
Maka dibukalah surat wasiat almarhum untuk anak-anaknya yang di titipkan kepada notaris tersebut.
Seperti ini bunyinya:
“Anak-anakku, pasti sekarang kalian sedang bingung, karena dilarang agama untuk memakaikan kaos kaki robek kepada mayat ayah”
“Lihatlah anak-anakku, padahal harta ayah banyak, uang berlimpah, beberapa mobil mewah, tanah dan sawah dimana-mana, rumah mewah banyak, tetapi tidak ada artinya ketika ayah sudah mati.”
“Bahkan kaos kaki robek saja tidak boleh dibawa mati.”
“Begitu tidak berartinya dunia, kecuali amal ibadah kita, sedekah kita yang ikhlas.”
“Anak-anakku, inilah yang ingin ayah sampaikan agar kalian tidak tertipu dengan dunia yang sementara.”
“Salam sayang dari Ayah yang ingin kalian menjadikan dunia sebagai jalan menuju ridho Allah.”
Dari kisah di atas kita dapat mengambil pelajaran bahwa segala apa yang manusia miliki saat di dunia, sebanyak apapun jumlahnya, sekaya apapun hartanya, dan setinggi apapun jabtannya maka semua itu tidak akan dibawa mati. Sebab, yang hanya dibawa mati ialah hanya satu, yakni amal perbuatan kita. Sudah itu saja. Titik